Pages

Featured Posts

  • Blockquote

    Sed dignissim mauris nec velit ultrices id euismod orci iaculis. Aliquam ut justo id massa consectetur pellentesque pharetra ullamcorper nisl...

  • Duis non justo nec auge

    Sed dignissim mauris nec velit ultrices id euismod orci iaculis. Aliquam ut justo id massa consectetur pellentesque pharetra ullamcorper nisl...

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Sed dignissim mauris nec velit ultrices id euismod orci iaculis. Aliquam ut justo id massa consectetur pellentesque pharetra ullamcorper nisl...

Selasa, 10 November 2015


GRAND DESAIN SMS DALAM MBS UNTUK MEWUJUDKAN SEKOLAH YANG EFEKTIF DAN UNGGUL
  DI SDN 3 TAMBAK  KABUPATEN GRESIK
 TAHUN 2015


MAKALAH

Oleh :
WALUYO ISKAK, S.Pd.MM
NIP.19710307 199605 1 001















SEKOLAH DASAR NEGERI 3 TAMBAK KABUPATEN GRESIK
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
DINAS PENDIDIKAN
TAHUN 2015
Jalan Lapangan Tambak Desa Tambak Kecamatan Tambak Kabupaten Gresik
                          Kod Pos 61182 Email: waluyoiskak@gmail.com No.Hp.085706214067
                                                                            
                                                                           BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
       Perwujudan Pendidikan berkualitas adalah menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, masyarakat, pihak swasta dan stake halder pendidikan, utamanya orang tua peserta didik. Peserta didik yang dimaksud adalah subyek pendidikan yang dipersiapkan untuk menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan profesional dalam bidangnya masing-masing. Hal ini sangat diperlukan unuk mengantisipasi era kesejagatan, khususnya globalisasi pasar bebas di lingkungan negara-negara ASEAN, Asia Pasifik dan Dunia ( Mulyasa.2003: 4 )
       Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan baik secara konvensional maupun secara inovatif. Hal tersebut  diamanatkan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas ) Bab II pasal 3. Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. ( UU RI No. 20 tahun 2003: 8 ).
      Sehubungan dengan tujuan pendidikan Nasional yang berkualitas maka berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, pihak swasta dan stakeholder pendidikan. Namun  fakta di lapangan menunjukkan bahwa ada perbedaan yang jauh dari harapan dan tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Hal ini terjadi juga di lembaga penulis  yaitu di SDN 3 Tambak . Di antara permasalahan yang ada di SDN 3 Tambak  sebelum kepemimpinan penulis sebagai kepala sekolah  yaitu (1) krisisnya kepercayaan guru-guru terhadap kepala sekolah, (2) kurang harmonisnya hubungan antara sekolah dengan masyarakat, (3) Manajemen sekolah yang tidak akuntabel, (4) lingkungan sosial budaya yang kurang kondusif, dan (5) terhambatnya PBM di kelas.
        Berhubungan dengan pendidikan berkualitas  maka diperlukan sekolah yang unggul agar dapat menjamin kualitas dan tingkat keberhasilan yang bisa dipertanggungjawabkan. Bertolak dari permasalahan di atas maka penulis memiliki tanggung jawab yang besar dan berat untuk menata, mengubah serta membangun sekolah yang unggul.  Untuk itu, penulis tertarik dan perlu menulis gagasan dengan judul ’’ Grand Desain  SMS  dalam MBS untuk  membangun sekolah yang efektif  dan unggul di SDN 3 Tambak   Kec. Tambak Bawean Gresik  tahun 2015’’.
B.     Fokus Pembahasan
             Masalah yang dibahas dalam penulisan  ini terfokus pada penyusunan, pelaksanaaan dan  bentuk dari hasil pelaksanaan program grand design SMS dalam MBS untuk  membangun  sekolah yang efektif  dan unggul  di SDN 3 Tambak Kecamatan Tambak  Kabupaten  Gresik tahun 2015.

C.     Tujuan Penulisan
           Dalam penulisan  ini tidak terlepas dari beberapa tujuan. Adapun tujuan yang ingin di capai pada kegiatan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.    Mendeskripsikan penyusunan  program grand design  SMS dalam MBS untuk  membangun  sekolah yang efektif  dan  unggul  di SDN 3 Tambak Kecamatan Tambak  Kabupaten  Gresik ?
2.    Mendeskripsikan pelaksanaan  program grand design  SMS  dalam MBS untuk  membangun  sekolah yang efektif dan unggul di SDN 3 Tambak   Kecamatan Tambak  Kabupaten Gresik ?
3.   Mendeskripsikan bentuk dari hasil pelaksanaan program grand  design  SMS dalam MBS untuk  membangun sekolah yang efektif dan unggul di SDN 3 Tambak  Kecamatan Tambak Kabupaten Gresik ?

D.    Ruang lingkup pembahasan
         Agar tidak menyimpang dari pembahasan maka perlu adanya ruang lingkup peembahasan. Masalah yang dibahas dalam penulisan  ini adalah:
1.      Grand  artinya agung, hebat, menyenangkan dan  design artinya bentuk, pola, mode, rencana. Jadi Grand design artinya bentuk rencana yang besar dan hebat.
2.      SMS adalah  Strategi Meraih Sukses bukan “ short massage service “ 
3.      MBS adalah Manajemen Berbasis Sekolah artinya manajemen yang memberikan otonomi kepada sekolah mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah dan masyarakat meningkatkan mutu   
4.      Sekolah yang efektif  adalah sekolah yang memiliki program yang jelas, tepat, dan terinci dan dilaksanakan dengan langkah  secara bertahap, sesuai prioritas dan berkesinambungan sesuai program sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.
5.      Sekolah yang unggul adalah sekolah yang memiliki kelebihan, ciri khas, berkarakter, sesuatu yang dibanggakan dan ditampilkan dibanding dengan sekolah-sekolah lain yang ada di lingkungannya.
BAB II
KAJIAN  TEORI 
2. 1.Tinjauan umum tentang MBS ( Manajemen Berbasis Sekolah )
2.1.1  Pengertian MBS
        Pengertian dari manajemen berbasis sekolah  ( MBS ) adalah model manajemen yang memberikan otonomi, keluwesan kepada sekolah mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepsek, karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, masyarakat, ilmuwan dan pengusaha) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan dan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.2.      Fungsi dari MBS
        Keberadaan MBS memiliki fungsi yang penting diantaranya adalah
l  Dalam PBM, guru mempunyai kewenangan yang mengatur proses belajar di dalam kelas untuk mencapai tujuan atau indikator yang telah ditetapkan.  
l  Dalam perencanaan, evaluasi, dan supervisi, pihak sekolah berhak merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, serta mensupervisi segala aktivitas agar berjalan sesuai program yang disusun dan dapat ditindaklanjuti.  
l  Dalam pengelolaan kurikulum, sekolah bersama stakeholder yang ada dapat mengelola sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat di samping kurikulum yang bertaraf nasional dan internasional
l  Dalam ketenagaan, sekolah dapat merencanakan dan menghitung kebutuhan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan untuk melengkapi dan memenuhi kekurangan tenaga yang sudah ada serta disesuaikan dengan dana yang dimiliki.
l  Dalam fasilitas, sarana dan prasarana dapat diadakan sesuai dengan kebutuhan sekolah dengan memperhatikan kondisi situasi lahan, tanah dan dana yang tersedia.  
l  Dalam keuangan, pengelolaannya harus terbuka atau transparan, jujur, dan akuntabel   ( dapat dipertanggungjawabkan )
l  Dalam pelayanan siswa, sekolah dalam melaksanakan PBM harus lebih mengutamakan kepentingan, kepuasaan dan tingkat pelayanan yang menyenangkan dan memuaskan.
l  Dalam PSM, sekolah harus selalu melibatkan masyarakat agar mau dan mampu berpartisipasi aktif dalam segala kegiatan sekolah serta andil dalam mengambil keputusan bersama.
l  Dalam budaya sekolah, sekolah harus membiasakan dan membudayakan sikap, tingkah laku, akhlak yang baik dan displin serta saling menghargai satu sama lain dalam lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.  
2.1.3.      Tujuan dari MBS 
       Adapun pelaksanaan MBS memiliki tujuan sebagai berikut :
a.       Memandirikan/ memberdayakan sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan atau mencapai sekolah efektif.
b.      Memberdayakan sumber daya yang tersedia
c.       Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dlm penyelenggaraan pendidikan dgn mengambil keputusan bersama.
d.      Meningkatkan tanggung jawab sekolah terhadap orangtua, masyarakat, dan pemerintah dalam hal mutu pendidikan.
e.       Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah.
f.       Meningkatkan efisiensi, relevansi, dan pemerataan pendidikan.
2.1.4.      Alasan Menerapkan MBS
     Sekolah banyak menerapkan MBS karena beberapa alasan sebagai berikut:
    a.  Sekolah lebih tahu kebutuhan.
b.  Pengambilan keputusan oleh sekolah lebih cocok oleh sekolah sendiri.
c.       Penggunaan sumberdaya lebih efisien dan efektif.
d.  Sekolah lebih bertanggung jawab thd mutu pendidikannya.
e.  Dapat merespon aspirasi lingkungan secara cepat.
f.  Sesuai UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003.
g.  Alasan untuk mencapai Sekolah Efektif
2.2 Tinjauan tentang Sekolah yang Efektif dan Unggul
         Menurut  Edward (1979 ) dalam teori Effective school, sekolah efektif adalah sekolah yang menekankan  pentingnya kepala sekolah yang tangguh dalam mengelola sekolah. Sedangkan sekolah unggul adalah sekolah yang menekankan kepada kemandirian dan kreatif sekolah yang menfokuskan diri pada perbaikan pendidikan.  Sekolah yang efektif dan unggul menjanjikan peningkatan budaya mutu, pengembangan kesempatan belajar, memelihara kendali mutu, dan penggunaan pengetahuan dan informasi secara efisien.
         Menurut  Edward juga bahwa sekolah efektif dan unggul memiliki indikator  sebagai berikut: (1) memiliki visi dan misi untuk meraih prestasi atau mutu yang tinggi, (2) warga sekolah berkomitmen tinggi untuk berprestasi, (3) Program pengadaan staf sesuai dengan iptek, (4) Adanya kendali mutu ( quality control ), dan (5) Adanya perbaikan mutu berkelanjutan ( continous quality improvement )  (6) Adanya komunikasi dan dukungan intensif  orang tua siswa dan masyarakat.
          Untuk membentuk  sekolah yang efektif dan unggul harus memiliki beberapa pilar sekolah yang efektif unggul antara lain: (1) visi dan misi yang jelas, (2) kepala sekolah yang professional, (3) guru yang profesional, (4) lingkungan belajar yang kondusif, (5) ramah siswa, (6) manajemen yang kuat, (7) kurikulum yang luas dan berimbang, (8) penilaian dan pelaporan prestasi siswa yang bermakna, dan (9) pelibatan masyarakat yang tinggi
       Untuk membangun sekolah yang efektif dan unggul harus memiliki tim yang handal dalam rangka mewujudkannya. Tim yang handal akan berpengaruh terhadap keberhasilan mencapai tujuan. Untuk itu, di bawah ini akan diberikan beberapa ciri-ciri tim handal adalah sebagai berikut : kepemimpinan partisipatif, bertanggung jawab, komunikasi yang lancar, bekerja sejalan dan setujuan, fokus pada masa depan, fokus pada tugas dan melibatkan setiap orang, kreatif, dan merespon dengan cepat
           Sedangkan syarat-syarat tim handal yang harus dimiliki dalam rangka membangun sekolah efektif dan unggul antara lain : (1) kesadaran tentang kebersamaan dari semua anggota tim,(2) hubungan interpersonal yang baik. Anggota mempunyai kesempatan untuk berkomunikasi dan saling belajar sesama anggota, (3) kemampuan atau kompetensi untuk bekerja  mencapai tujuan, (4) visi, misi, dan tujuan yang akan dicapai, (5) prioritas: tahu apa yang harus dilakukan, oleh siapa, apa berikutnya, kapan tujuan tercapai, (6) pembagian peran yang jelas: siapa dan kapan tugas harus diselesaikan atau menyerahkan tugas pada anggota yang lebih mampu, (7) pengambilan keputusan: Otoritas dan garis pengambilan keputusan dipahami jelas, (8) penyelesain konflik: dilakukan secara terbuka dan dianggap penting sebagai bagian dari pengembangan profesi, (9) penghargaan terhadap ciri individu: anggota merasa keunikan diterima dan dimanfaatkan, (10)  norma: norma untuk bekerja sama dibuat dan dijadikan acuan oleh semua anggota, (11)  efektifitas: pertemuan/rapat bersifat efisien dan produktif , (12) keberhasilan bersama: anggota tahu kapan tim mencapai keberhasilan dan dirayakan secara bersama, (13) kesempatan pelatihan: Kesempatan untuk umpan balik dan peningkatan keterampilan diberikan kepada anggota, dan (14) komunikasi yang terbuka.
          Adapun tahap-tahapan untuk menuju  tim handal dalam rangka membangun sekolah efektif dan unggul antara lain :



l  Tahap forming adalah bila suatu tim baru saja terbentuk dan masih belajar untuk mengenal satu sama lain,pada masa ini sedikit pekerjaan baru dapat diselesaikan
l  Tahap storming adalah saat yang menegangkan dimana terjadi tarik ulur, kondisi dimana anggota tim akan  mencoba-coba.
l  Norming adalah saat dimana masing-masing peran anggota diterima, perasaan tim berkembang, dan anggota tim berbagi informasi secara bebas.

l  Performing adalah dimana tingkat optimal akhirnya dicapai dalam hal produktifitas, kualitas,  pengambilan keputusan alokasi sumber, dan terjadi saling ketergantungan interpersonal.

Rabu, 30 Januari 2013

upaya mendisiplinkan guru

PAYA MENINGKATKAN DISIPLIN GURU DALAM KEHADIRAN MENGAJAR DI KELAS MELALUI PENERAPAN REWARD AND PUNISHMENT DI SDN 1 TANJUNGORI KECAMATAN TAMBAK KABUPATEN GRESIK Waluyo Iskak,S.Pd.MM ( Kepala SDN 1 Tanjungori Tambak Bawean ) Abstrak: Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah sangat tergantung dari beberapa faktor. Faktor yang sangat penting dan strategis adalah penerapan budaya sekolah menuju peningkatan mutu. Budaya sekolah merupakan hal positif yang harus dipertahankan dan dilaksanakan oleh semua warga sekolah tanpa merasa terpaksa. Budaya sekolah yang harus dipertahankan salah satunya adalah masalah kedisiplinan, termasuk disiplin para guru dalam kehadiran di kelas pada proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan disiplin para guru dapat diupayakan melalui bermacam-macam cara. Dalam Penelitian Tindakan Sekolah ( PTS ) ini, diterapkan tindakan berupa penerapan Reward and Punishment untuk para guru di SDN 1 Tanjungori Kecamatan Tambak Kabupaten Gresik. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dari hasil penelitian dan analisa data, ternyata pada siklus kedua, ada perubahan peningkatan yang signifikan kedisiplinan guru dalam kehadiran di kelas pada proses belajar mengajar yaitu (1) guru yang tepat waktu ada perubahan peningkatan sebesar 67 % - 25 % = 42 %, (2) guru yang datang < 10 menit ada penurunan sebesar 17 % - 8 % = 9 %, (3) guru yang datang 10 – 15 menit ada penurunan 33% - 8 % = 25 %, dan ( 4) guru yang datang > 15 menit ada penurunan 25 % - 0 % = 25 % Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran di kelas pada kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan dengan penerapan Reward and Punishment kepada guru. Kata Kunci : Disiplin Guru, Reward and Punishment PENDAHULUAN Usaha meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yaitu mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa maka pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, dan ketrampilan. Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan maka guru merupakan figur sentral. Untuk meningkatkan peranan guru dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa, maka guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mengelola kelas. Sebagai komponen sentral dalam sistem pendidikan, pendidik mempunyai peran utama dalam membangun fondamen-fondamen hari depan corak kemanusiaan. Corak kemanusiaan yang dibangun dalam rangka pembangunan nasional kita adalah “manusia Indonesia seutuhnya”, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya diri disiplin, bermoral dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan hal itu, keteladanan dari seorang guru sebagai pendidik sangat dibutuhkan. Keteladanan guru dapat dilihat dari prilaku guru sehari-hari baik didalam sekolah maupun diluar sekolah. Selain keteladanan guru, kedisiplinan guru merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh guru sebagai seorang pengajar dan pendidik. Fakta di lapangan yang sering kita jumpai di sekolah adalah kurang disiplinnya guru, terutama masalah disiplin guru masuk ke dalam kelas pada saat kegiatan pembelajaran di kelas. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan sekolah dengan judul : ”Upaya Meningkatkan Disiplin Guru dalam Kehadiran Mengajar Di kelas Melalui Penerapan Reward and Punishment di SDN 1 Tanjungori Kecamatan Tambak Kabupaten Gresik Tahun 2011.” Masalah-masalah yang mendasari dari penelitian ini adalah (1) masih banyak guru yang datang terlambat ke sekolah.dan (2) masih kurangnya disiplin guru atau terlambat dalam kehadiran mengajar di kelas. Agar tidak terlalu melebar permasalahannya maka penelitian ini dibatasi pada upaya meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar di kelas melalui penerapan Reward and Punishment. Untuk itu, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: ”Apakah penerapan Reward and Punishment dapat meningkatkan kedisiplinan guru dalam kehadiran mengajar di kelas?” Dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif pemecahan masalah sebagai upaya meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar di kelas melalui penerapan Reward and Punishment. Sedangkan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :((1) merupakan wujud nyata kepala sekolah dalam memecahkan berbagai masalah di sekolah melalui kegiatan penelitian, (2) menjadi motivasi guru dalam meningkatkan kedisiplinan dalam kehadiran , dan (3) dijadikan sumbangan dalam mewujudkan budaya sekolah yang dapat mendorong keberhasilan dan peningkatan mutu pembelajaran. KAJIAN PUSTAKA Keberhasilan siswa dalam pembelajaran serta peningkatan mutu sekolah tidak hanya menjadi tanggung jawab kepala sekolah saja, akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama antara, guru, orang tua atau masyarakat serta pemerintah. Ada beberapa pengertian mutu, yaitu: sesuai standar (fitness to standard), sesuai penggunaan pasar atau pelanggan (fitness to use), sesuai perkembangan kebutuhan (fitness to latent requirements), dan sesuai lingkungan global (fitness to global environmental requirements). Garvin seperti dikutip Gaspersz mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik suatu mutu, yaitu: (1) kinerja (performance), (2) feature, (3) kehandalan(reliability), (4) konfirmasi (conformance), (5) durability, (6) kompetensi pelayanan (servitability), (7) estetika (aestetics), dan (8) kualitas yang dipersepsikan pelanggan yang bersifat subjektif. Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stake holders pendidikan. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. (Akhmad Sudrajat, 2010). Beberapa manfaat dari upaya pengembangan budaya sekolah, diantaranya : (1) menjamin kualitas kerja yang lebih baik; (2) membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun horisontal; (3) lebih terbuka dan transparan; (4) menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi; (4) meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan; (5) jika menemukan kesalahan akan segera dapat diperbaiki; dan (6) dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK. Selain di atas, manfaat lain bagi individu ( pribadi ) dan kelompok adalah : (1) meningkatkan kepuasan kerja; (2) pergaulan lebih akrab; (3) disiplin meningkat; (4) pengawasan fungsional bisa lebih ringan; (5) muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat proaktif; (6) belajar dan berprestasi terus dan (7) selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri . Upaya pengembangan budaya sekolah seyogyanya mengacu beberapa prinsip yaitu : (1) berfokus pada visi, misi dan tujuan sekolah, (2) penciptaan komunikasi formal dan informal , (3) inovatif dan bersedia mengambil resiko, (4) memiliki strategi yang jelas, (5) berorientasi kinerja,(6) sistem evaluasi yang jelas, (7) keputusan berdasarkan konsensus, (8) sistem imbalan yang jelas,dan (9) evaluasi diri. Selain di atas, upaya pengembangan budaya sekolah juga berpegang pada asas-asas berikut ini yaitu: (1) kerjasama tim (team work), (2) kemampuan, (3) keinginan, (4) kegembiraan (happiness), (5) hormat (respect), (6) jujur (honesty), (7) disiplin (discipline), (8) empati (empathy), dan (9) pengetahuan dan kesopanan. Disiplin pada hakikatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi sesuatu yang telah ditetapkan. Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisplinan karyawan suatu organisasi di antaranya : (1) tujuan dan kemampuan, (2) teladan pimpinan, (3) balas jasa (gaji dan kesejahteraan), (4) keadilan, (5) waskat (pengawasan melekat), (6) sanksi hukuman, (7) ketegasan, dan (8) hubungan kemanusiaan (Hasibuan, 1997:213). Heidjrachman dan Husnan, (2002: 15) mengungkapkan “Disiplin adalah setiap perseorangan dan kelompok yang menjamin kepatuhan terhadap perintah” dan berinisiatif melakukan tindakan yang diperlukan seandainya tidak ada perintah”. Menurut Davis (2002: 112) : “Disiplin adalah tindakan manajemen untuk memberikan semangat kepada pelaksanaan standar organisasi, ini adalah pelatihan yang mengarah upaya membenarkan dan melibatkan pengetahuan-pengetahuan sikap dan perilaku pegawai sehingga ada kemauan pada diri pegawai untuk menuju pada kerjasama dan prestasi yang lebih baik”. Sedangkan menurut Greenberg dan Baron (1993:104) memandang disiplin melalui adanya hukuman. Disiplin kerja, pada dasarnya dapat diartikan sebagai bentuk ketaatan dari perilaku seseorang dalam mematuhi ketentuan-ketentuan ataupun peraturan-peraturan tertentu yang berkaitan dengan pekerjaan, dan diberlakukan dalam suatu organisasi atau perusahaan (Subekti D., 1995). Dilihat dari sisi manajemen, terjadinya disiplin kerja itu akan melibatkan dua kegiatan pendisiplinan : (1) preventif, dalam kegiatan ini bertujuan untuk mendorong disiplin diri di antara para karyawan, agar mengikuti berbagai standar atau aturan sehingga penyelewengan kerja dapat dicegah, (2) korektif, kegiatan yang ditujukan untuk menangani pelanggaran terhadap aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut (Heldjrachman dkk, 1990). Perlu disadari bahwa untuk menciptakan disiplin kerja dalam organisasi/perusahaan dibutuhkan adanya : (a) tata tertib peraturan yang jelas, (b) penjabaran tugas dari wewenang yang cukup jelas, dan (c) tata kerja yang sederhana, dan mudah diketahui oleh setiap anggota dalam organisasi. Menurut Byars and Rue (1995:357) menyatakan ada beberapa indikasi tinggi rendahnya kedisplinan kerja karyawan, yaitu : ketepatan waktu, kepatuhan terhadap atasan, peraturan terhadap perilaku terlarang, ketertiban terhadap peraturan yang berhubungan langsung dengan produktivitas kerja. Sedangkan De Cenzo dan Robbins (1994:451) mengemukakan tipe kedisiplinan, antara lain : kehadiran, perilaku dalam bekerja (dalam lingkungan kerja), ketidakjujuran, aktivitas di luar lingkungan kerja. Melalui disiplin pula timbul keinginan dan kesadaran untuk menaati peraturan organisasi dan norma sosial. Dalam upaya penerapan kedisiplinan guru pada kehadiran di kelas dalam kegiatan belajar mengajar, bisa ditempuh dengan beberapa upaya. Adapun upaya dalam meningkatkan disiplin guru adalah sebagai berikut: (a) sekolah memiliki system pengendalian ketertiban yang dikelola dengan baik, (b) adanya keteladanan disiplin dalam sikap dan prilaku dimulai dari pimpinan sekolah, (c) mewajibkan guru mengisi agenda kelas dan mengisi buku absen yang diedarkan oleh petugas piket, (d) pada awal masuk sekolah kepala sekolah bersama guru membuat kesepakatan tentang aturan kedisiplinan, (e) memperkecil kesempatan guru untuk ijin meninggalkan kelas, dan (f) setiap rapat pembinaan diumumkan frekuensi pelanggaran terendah. Dengan strategi tersebut diatas kultur disiplin guru dalam kegiatan pembelajaran bisa terpelihara dengan baik, suasana lingkungan belajar aman dan terkendali sehingga siswa bisa mencapai prestasi belajar yang optimal. Sekolah yang menegakkan disiplin akan menjadi sekolah yang berkualitas. Penerapan disiplin dapat ditegakan melalui pemberian reward and punishment. Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya. Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang positif, maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Dalam konteks pembelajaran dikelas yang berkaitan dengan kedisiplinan guru dalam melaksanakan tugas, penerapan metode reward dan punishment juga dapat meningkatkan motivasi guru untuk hadir tepat waktu. Bukanlah hal yang aneh kalau siswa sering mengeluh tentang ketidakhadiran guru dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak pula asing kita dengan siswa mengeluh tentang adanya guru yang menyampaikan pelajaran kurang dari waktu yang telah ditentukan, atau menyampaikan materi seadanya. Yang ironis, ada pula guru yang menuliskan kehadirannya di kelas padahal sebenarnya ia tidak menyampaikan pelajaran kepada siswanya. Hal seperti ini tentu sangat mengecewakan siswa yang serius untuk mengikuti pelajaran. Bagi guru, ketidakhadiran dalam mengajar sesuai jadwal terkadang merupakan hal yang tidak terhindarkan, mengingat mereka mempunyai keperluan yang mendadak dalam waktu yang sama sehingga tidak mengajar. Namun hal demikian menjadi tidak wajar jika ketidak hadiran atau keterlambatan mengajar dikelas selalu dan sering terjadi. Hal ini berdampak buruk terhadap proses pembelajaran. Pertama, siswa menjadi kecewa, dan hal ini dapat menurunkan motivasi belajar mereka. Siswa memperoleh contoh yang buruk tentang kedisiplinan. Kedua, guru yang mengajar dengan sungguh-sungguh merasa usahanya menjadi sia-sia dan sekaligus kecewa. Apa yang mereka bangun dipatahkan oleh rekan seprofesinya. Belum lagi, apabila guru yang disiplin dalam mengajar, memperoleh pendapatan yang sama dengan guru yang jarang mengajar di kelas. Dampak dari guru yang malas untuk mengajar bukan semata ditanggung mereka namun juga seluruh institusi atau warga sekolah. Perilaku malas bisa menjadi virus bagi guru yang biasanya rajin mengajar. Kepala sekolah selaku pemimpin pembelajaran mempunyai peran yang sangat strategis dalam pencapaian tujuan sekolah dalam meningkatkan mutu. Salah satu faktor yang penting adalah adanya keteladanan (contoh) dalam kedisiplinan yang diberikan oleh kepala sekolah. Hal ini seperti falsafah pendidikan yang dikemukakan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, ”Ing Ngarso Sung Tuladha.” Kepala sekolah selaku pemimpin pembelajaran harus bisa memberikan contoh kepada semua warga sekolah agar tercipta budaya disiplin disekolah, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu sekolah. METODE PENELITIAN Penelitian tindakan sekolah merupakan “(1) penelitian partisipatoris yang menekankan pada tindakan dan refleksi berdasarkan pertimbangan rasional dan logis untuk melakukan perbaikan terhadap suatu kondisi nyata; (2) memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan; dan (3) memperbaiki situasi dan kondisi sekolah atau pembelajaran secara praktis” (Depdiknas, 2008 : 11-12). Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kualitatif. Artinya, penelitian ini dilakukan karena ditemukan permasalahan rendahnya tingkat kedisiplinan guru dalam kehadiran di kelas. Penelitian ini adalah penelitian tindakan model Stephen Kemmis dan Mc. Taggart (1998) yang diadopsi oleh Suranto (2000; 49) Model ini menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Langkah-langkah penelitian ini dapat digambarkan seperti di bawah ini : Penelitian ini diadakan di SDN 1 Tanjungori Desa Tanjungori Kecamatan Tambak Kabupaten Gresik pada bulan Juli Oktober 2011 s.d. 30 September 2011 dan yang menjadi subjek penelitian tindakan sekolah ini adalah guru-guru di SDN 1 Tanjungori Desa Tanjungori Kecamatan Tambak Kabupaten Gresik sejumlah 12 orang guru, terdiri atas 6 orang guru PNS, dan 6 orang guru Non PNS. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pemberian reward dan punishment kepada guru mengenai kedisiplinan guru dalam kehadiran di kelas dalam proses pembelajaran oleh kepala sekolah. Diharapkan dengan pemberian reward dan punishment yang diberikan oleh kepala sekolah akan terjadi perubahan atau peningkatan kedisiplinan guru dalam kehadiran di kelas dalam proses pembelajaran. Karena keterbatasan waktu, penelitian tindakan sekolah ini hanya dilaksanakan sebanyak dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan selama 1 bulan. Teknik pengumpulan data dari penelitian tindakan sekolah ini adalah melalui data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari observasi atau pengamatan, maupun wawancara atau interview dan dokumentasi. Teknik (1) : Observasi atau pengamatan, yaitu observasi digunakan untuk melengkapi data dari wawancara dan pengumpulan dokumentasi, terutama dalam lingkup masalah penelitian, antara lain mengamati impelementasi kebijakan yang berkaitan dengan kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas pada kegiatan belajar mengajar. Teknik (2). Wawancara atau interview yaitu teknik ini digunakan untuk mendapatkan data dari informan secara langsung. Dalam melakukan wawancara dipergunakan pedoman wawancara yang terbuka. Teknik (3) :Dokumentasi,itu yaitu teknik ini digunakan untuk mengumpul data melalui dokumen-dokumen tertulis yang relevan dengan penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini antara lain adalah : (1) skala penilaian, (2) lembar pengamatan, dan (3) angket. Dan analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif dan kuantitatif yang bersumber dari data primer maupun empiris. Melalui analisa data ini, dapat diketahui ada tidaknya peningkatan kedisiplinan guru dalam kehadiran di kelas melalui pemberian reward dan punishment yang merupakan fokus dari penelitian tindakan sekolah ini. SIKLUS TINDAKAN Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. A. Siklus 1 Siklus 1 terdiri atas beberapa tahap, yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan evaluasi, dan (4) refleksi. 1. Perencanaan Perencanaan adalah langkah awal penulis saat akan memulai tindakan. Agar perencanaan mudah dipahami dan dilaksanakan maka penulis membuat rencana tindakan sebagai berikut : (a) Merumuksan masalah yang akan dicari solusinya. (b) Merumuskan tujuan penyelesaian masalah/tujuan menghadapi tantangan atau tujuan melakukan inovasi atau tindakan. (c) Merumuskan indikator keberhasilan penerapan Reward dan Punishment dalam meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran di kelas pada proses belajar mengajar. (d) Merumuskan langkah-langkah kegiatan penyelesaian masalah/kegiatan menghadapi tantangan/kegiatan melakukan tindakan. (e) Mengidentifikasi warga sekolah dan atau pihak-pihak terkait lainnya yang terlibat dalam penyelesaian masalah atau menghadapi tantangan atau melakukan tindakan. (f) Mengidentifikasi metode pengumpulan data yang akan digunakan. (g) Menyusun instrumen pengamatan dan evaluasi. (h) Mengidenifikasi fasilitas yang diperlukan. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain : (a) Menyebarkan lembar pengamatan kepada setiap Ketua Kelas atau Sekretaris kelas sebanyak 12 set dari 6 rombongan belajar. Dalam lembar pengamatan itu, telah dibuat daftar guru yang mengajar di kelas itu setiap jam dan diberi kolom jam masuk kelas serta jam keluar kelas. (b) Berkoordinasi dengan petugas piket yang setiap hari terdiri dari 2 orang petugas, yaitu dari guru yang tidak mempunyai jam mengajar pada hari itu. (c) Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan, baik dari guru piket , dari siswa maupun dari penulis. (d) Kegiatan tersebut dilakukan terus setiap hari kepada setiap guru selama 1 bulan. 3. Pengamatan dan Evaluasi Pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi selama satu bulan (satu siklus), untuk semua guru yang berjumlah 12 orang. Selama pengamatan peneliti dibantu atau berkolaborasi dengan guru piket. Pengamatan oleh peneliti meliputi : (a) kehadiran guru dikelas, (b) tingkat keterlambatan guru masuk kelas, dan (c) waktu meninggalkan kelas setelah selesai pelajaran. Dari hasil pengamatan serta rekap dari tingkat kehadiran guru dikelas pada proses belajar mengajar dapat dilihat pada tabel berikut : Rekapitulasi tingkat keterlambatan guru SIKLUS 1 Tepat Waktu L % P % L+P % 2 17 1 8 3 25 < 10 Menit 0 0 2 17 2 17 10 -15 Menit 0 0 4 33 4 33 > 15 Menit 1 8 2 17 3 25 Jumlah 3 25 9 75 12 100 Dari hasil rekapitulasi tingkat keterlambatan guru dikelas pada proses pembelajaran diperoleh data, sebanyak 2 ( 17 % ) orang guru terlambat masuk kelas kurang dari 10 menit, 4 ( 33 % ) orang guru terlambat masuk kelas 10 menit sampai dengan 15 menit, dan 3 ( 25 % ) orang guru terlambat masuk kelas lebih dari 15 menit. 4. Refleksi Setelah selesai satu siklus maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama. Refleksi dilaksanakan bersama-sama kolaborator untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Dari hasil refleksi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perlu penerapan Reward dan Punishment yang lebih tegas lagi daripada siklus pertama. B. Siklus 2 Siklus 2 terdiri atas beberapa tahap, sama seperti siklus 1 yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan evaluasi, dan (4) refleksi. 1. Perencanaan Dari hasil refleksi pada siklus pertama, peneliti merencanakan untuk melakukan tindakan Reward dan Punishment yang lebih tegas dibandingkan dengan siklus pertama. Hal ini terlebih dulu disosialisasikan kepada semua guru seperti pada saat refleksi siklus. Adapun bentuk dari Reward adalah (1) pemberian piagam, (2) Hadiah nilai DP3 yang lebih baik, (3) Pujian secara lisan dalam upacara atau rapat, dan (4) Hadiah uang. Sedangkan bentuk dari Punishment adalah (1) Teguran secara lisan dan tulisan, (2) Nilai DP3 lebih rendah dari yang lain, (3) Pembinaan tersendiri 2. Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus yang kedua ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain : (a) Menyebarkan lembar pengamatan seperti pada siklus 1 (b) Berkoordinasi dengan petugas piket yang setiap hari seperti siklus 1 (c) Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan, baik dari guru piket , dari siswa maupun dari penulis 3. Pengamatan dan Evaluasi Pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi selama satu bulan Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil lembar observasi yang dibagikan kepada pengurus kelas untuk mengamati kehadiran guru dikelas. Dari hasil pengamatan serta rekap dari tingkat kehadiran guru dikelas pada proses belajar mengajar pada siklus kedua dapat dilihat pada tabel berikut : REKAPITULASI TINGKAT KETERLAMBATAN GURU PADA KEHADIRAN DIKELAS SIKLUS 2 TEPAT WAKTU L % P % P + L % 2 17 7 50 8 67 < 10 Menit 1 8 0 17 3 8 10 -15 Menit 0 0 1 1 1 8 > 15 Menit 0 0 0 0 0 0 Jumlah 3 25 9 75 12 100 Dari hasil rekapitulasi tingkat keterlambatan guru dikelas pada prosespembelajaran diperoleh data, sebanyak 3 ( 25 % ) orang guru terlambat masuk kelas kurang dari 10 menit, 1 ( 8 % ) orang guru terlambat masuk kelas 10 menit sampai dengan 15 menit, dan tidak ada satu orangpun guru yang terlambat masuk kelas lebih dari 15 menit. Dari hasil observasi pada siklus pertama dan siklus kedua dapat dilihat ada penurunan tingkat keterlambatan guru dikelas pada kegiatan belajar mengajar, atau terdapat peningkatan kehadiran guru di kelas. 4. Refleksi Setelah selesai pelaksanaan tindakan pada siklus kedua maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus kedua tersebut. Dari hasil observasi dan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa tindakan pada siklus 2 dinyatakan berhasil, karena terdapat 67 % guru yang tepat waktu. Rekapitulasi prosentase perubahan hasil dari siklus 1 ke siklus 2 SIKLUS 2 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2 L (%) L (%) P(%) P(%) P + L(%) P+L(%) TEPAT WAKTU 17 17 8 50 25 67 < 10 Menit 0 8 17 17 17 8 10 -15 Menit 0 0 33 8 33 8 > 15 Menit 8 0 17 0 25 0 Jumlah 25 25 75 75 100 100 Dari tabel di atas didapatkan hasil penelitian siklus 1 dan siklus 2 disimpukan bahwa: a. Guru yang tepat waktu ada perubahan peningkatan sebesar 67 % - 25 % = 42 % b. Guru yang datang < 10 menit ada penurunan sebesar 17 % - 8 % = 9 % c. Guru yang datang 10 – 15 menit ada penurunan 33% - 8 % = 25 % d. Guru yang datang > 15 menit ada penurunan 25 % - 0 % = 25 % KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan Reward dan Punishment sangat efektif untuk meningkatkan disiplin kehadiran guru di kelas pada kegiatan belajar mengajar di SD Negeri 1 Tanjungori Kecamatan Tambak Kabupaten Gresik Tahun 2011. Dan ada perubahan yang signifikan kedisiplinan guru dalam kehadiran di kelas pada proses belajar mengajar yaitu (1) guru yang tepat waktu ada perubahan peningkatan sebesar 67 % - 25 % = 42 %, (2) guru yang datang < 10 menit ada penurunan sebesar 17 % - 8 % = 9 %, (3) guru yang datang 10 – 15 menit ada penurunan 33% - 8 % = 25 %, dan ( 4) guru yang datang > 15 menit ada penurunan 25 % - 0 % = 25 %. Karena adanya pengaruh positif penerapan Reward dan Punishment terhadap disiplin guru hadir di dalam kelas pada kegiatan belajar mengajar, maka disarankan : (1). semua Kepala Sekolah melakukan penerapan Reward dan Punishment untuk meningkatkan disiplin guru hadir di dalam kelas pada kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dan (2) semua guru dalam melaksanakan tugas untuk dapat meningkatkan disiplin dalam kehadiran di kelas sebagai bentuk pelayanan minimal kepada peserta didik di sekolah. DAFTAR PUSTAKA Akhmad Sudrajat, (2010) Manfaat Prinsip dan Asas Pengembangan Budaya Sekolah. [On Line]. Tersedia : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/03/04/manfaatprinsip- dan-asas-pengembangan-budaya-sekolah/ [06 Oktober 2010] Amstrong. Michael, (1991). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakrta:Ghalia Indonesia Anwar Prabu Mangkunegara. (1994). Psikologi Perusahaan. Bandung:PT. Trigenda Karya __________________________ (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta Ainurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Alfabeta Bambang Nugroho. (2006). Reward dan Punishment. Bulletin Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Edisi No. 6/IV/Juni 2006 Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:Depdiknas Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Kencana Prenada Media Group Subagio. (2010) Kompetensi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran [On Line]. http://subagio-subagio.blogspot.com/2010/03 /kompetensi-guru dalam meningkat kan -mutu.html
PAYA MENINGKATKAN DISIPLIN GURU DALAM KEHADIRAN MENGAJAR DI KELAS MELALUI PENERAPAN REWARD AND PUNISHMENT DI SDN 1 TANJUNGORI KECAMATAN TAMBAK KABUPATEN GRESIK Waluyo Iskak,S.Pd.MM ( Kepala SDN 1 Tanjungori Tambak Bawean ) Abstrak: Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah sangat tergantung dari beberapa faktor. Faktor yang sangat penting dan strategis adalah penerapan budaya sekolah menuju peningkatan mutu. Budaya sekolah merupakan hal positif yang harus dipertahankan dan dilaksanakan oleh semua warga sekolah tanpa merasa terpaksa. Budaya sekolah yang harus dipertahankan salah satunya adalah masalah kedisiplinan, termasuk disiplin para guru dalam kehadiran di kelas pada proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan disiplin para guru dapat diupayakan melalui bermacam-macam cara. Dalam Penelitian Tindakan Sekolah ( PTS ) ini, diterapkan tindakan berupa penerapan Reward and Punishment untuk para guru di SDN 1 Tanjungori Kecamatan Tambak Kabupaten Gresik. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dari hasil penelitian dan analisa data, ternyata pada siklus kedua, ada perubahan peningkatan yang signifikan kedisiplinan guru dalam kehadiran di kelas pada proses belajar mengajar yaitu (1) guru yang tepat waktu ada perubahan peningkatan sebesar 67 % - 25 % = 42 %, (2) guru yang datang < 10 menit ada penurunan sebesar 17 % - 8 % = 9 %, (3) guru yang datang 10 – 15 menit ada penurunan 33% - 8 % = 25 %, dan ( 4) guru yang datang > 15 menit ada penurunan 25 % - 0 % = 25 % Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran di kelas pada kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan dengan penerapan Reward and Punishment kepada guru. Kata Kunci : Disiplin Guru, Reward and Punishment PENDAHULUAN Usaha meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yaitu mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa maka pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, dan ketrampilan. Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan maka guru merupakan figur sentral. Untuk meningkatkan peranan guru dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa, maka guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mengelola kelas. Sebagai komponen sentral dalam sistem pendidikan, pendidik mempunyai peran utama dalam membangun fondamen-fondamen hari depan corak kemanusiaan. Corak kemanusiaan yang dibangun dalam rangka pembangunan nasional kita adalah “manusia Indonesia seutuhnya”, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya diri disiplin, bermoral dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan hal itu, keteladanan dari seorang guru sebagai pendidik sangat dibutuhkan. Keteladanan guru dapat dilihat dari prilaku guru sehari-hari baik didalam sekolah maupun diluar sekolah. Selain keteladanan guru, kedisiplinan guru merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh guru sebagai seorang pengajar dan pendidik. Fakta di lapangan yang sering kita jumpai di sekolah adalah kurang disiplinnya guru, terutama masalah disiplin guru masuk ke dalam kelas pada saat kegiatan pembelajaran di kelas. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan sekolah dengan judul : ”Upaya Meningkatkan Disiplin Guru dalam Kehadiran Mengajar Di kelas Melalui Penerapan Reward and Punishment di SDN 1 Tanjungori Kecamatan Tambak Kabupaten Gresik Tahun 2011.” Masalah-masalah yang mendasari dari penelitian ini adalah (1) masih banyak guru yang datang terlambat ke sekolah.dan (2) masih kurangnya disiplin guru atau terlambat dalam kehadiran mengajar di kelas. Agar tidak terlalu melebar permasalahannya maka penelitian ini dibatasi pada upaya meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar di kelas melalui penerapan Reward and Punishment. Untuk itu, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: ”Apakah penerapan Reward and Punishment dapat meningkatkan kedisiplinan guru dalam kehadiran mengajar di kelas?” Dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif pemecahan masalah sebagai upaya meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar di kelas melalui penerapan Reward and Punishment. Sedangkan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :((1) merupakan wujud nyata kepala sekolah dalam memecahkan berbagai masalah di sekolah melalui kegiatan penelitian, (2) menjadi motivasi guru dalam meningkatkan kedisiplinan dalam kehadiran , dan (3) dijadikan sumbangan dalam mewujudkan budaya sekolah yang dapat mendorong keberhasilan dan peningkatan mutu pembelajaran. KAJIAN PUSTAKA Keberhasilan siswa dalam pembelajaran serta peningkatan mutu sekolah tidak hanya menjadi tanggung jawab kepala sekolah saja, akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama antara, guru, orang tua atau masyarakat serta pemerintah. Ada beberapa pengertian mutu, yaitu: sesuai standar (fitness to standard), sesuai penggunaan pasar atau pelanggan (fitness to use), sesuai perkembangan kebutuhan (fitness to latent requirements), dan sesuai lingkungan global (fitness to global environmental requirements). Garvin seperti dikutip Gaspersz mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik suatu mutu, yaitu: (1) kinerja (performance), (2) feature, (3) kehandalan(reliability), (4) konfirmasi (conformance), (5) durability, (6) kompetensi pelayanan (servitability), (7) estetika (aestetics), dan (8) kualitas yang dipersepsikan pelanggan yang bersifat subjektif. Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stake holders pendidikan. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. (Akhmad Sudrajat, 2010). Beberapa manfaat dari upaya pengembangan budaya sekolah, diantaranya : (1) menjamin kualitas kerja yang lebih baik; (2) membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun horisontal; (3) lebih terbuka dan transparan; (4) menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi; (4) meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan; (5) jika menemukan kesalahan akan segera dapat diperbaiki; dan (6) dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK. Selain di atas, manfaat lain bagi individu ( pribadi ) dan kelompok adalah : (1) meningkatkan kepuasan kerja; (2) pergaulan lebih akrab; (3) disiplin meningkat; (4) pengawasan fungsional bisa lebih ringan; (5) muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat proaktif; (6) belajar dan berprestasi terus dan (7) selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri . Upaya pengembangan budaya sekolah seyogyanya mengacu beberapa prinsip yaitu : (1) berfokus pada visi, misi dan tujuan sekolah, (2) penciptaan komunikasi formal dan informal , (3) inovatif dan bersedia mengambil resiko, (4) memiliki strategi yang jelas, (5) berorientasi kinerja,(6) sistem evaluasi yang jelas, (7) keputusan berdasarkan konsensus, (8) sistem imbalan yang jelas,dan (9) evaluasi diri. Selain di atas, upaya pengembangan budaya sekolah juga berpegang pada asas-asas berikut ini yaitu: (1) kerjasama tim (team work), (2) kemampuan, (3) keinginan, (4) kegembiraan (happiness), (5) hormat (respect), (6) jujur (honesty), (7) disiplin (discipline), (8) empati (empathy), dan (9) pengetahuan dan kesopanan. Disiplin pada hakikatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi sesuatu yang telah ditetapkan. Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisplinan karyawan suatu organisasi di antaranya : (1) tujuan dan kemampuan, (2) teladan pimpinan, (3) balas jasa (gaji dan kesejahteraan), (4) keadilan, (5) waskat (pengawasan melekat), (6) sanksi hukuman, (7) ketegasan, dan (8) hubungan kemanusiaan (Hasibuan, 1997:213). Heidjrachman dan Husnan, (2002: 15) mengungkapkan “Disiplin adalah setiap perseorangan dan kelompok yang menjamin kepatuhan terhadap perintah” dan berinisiatif melakukan tindakan yang diperlukan seandainya tidak ada perintah”. Menurut Davis (2002: 112) : “Disiplin adalah tindakan manajemen untuk memberikan semangat kepada pelaksanaan standar organisasi, ini adalah pelatihan yang mengarah upaya membenarkan dan melibatkan pengetahuan-pengetahuan sikap dan perilaku pegawai sehingga ada kemauan pada diri pegawai untuk menuju pada kerjasama dan prestasi yang lebih baik”. Sedangkan menurut Greenberg dan Baron (1993:104) memandang disiplin melalui adanya hukuman. Disiplin kerja, pada dasarnya dapat diartikan sebagai bentuk ketaatan dari perilaku seseorang dalam mematuhi ketentuan-ketentuan ataupun peraturan-peraturan tertentu yang berkaitan dengan pekerjaan, dan diberlakukan dalam suatu organisasi atau perusahaan (Subekti D., 1995). Dilihat dari sisi manajemen, terjadinya disiplin kerja itu akan melibatkan dua kegiatan pendisiplinan : (1) preventif, dalam kegiatan ini bertujuan untuk mendorong disiplin diri di antara para karyawan, agar mengikuti berbagai standar atau aturan sehingga penyelewengan kerja dapat dicegah, (2) korektif, kegiatan yang ditujukan untuk menangani pelanggaran terhadap aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut (Heldjrachman dkk, 1990). Perlu disadari bahwa untuk menciptakan disiplin kerja dalam organisasi/perusahaan dibutuhkan adanya : (a) tata tertib peraturan yang jelas, (b) penjabaran tugas dari wewenang yang cukup jelas, dan (c) tata kerja yang sederhana, dan mudah diketahui oleh setiap anggota dalam organisasi. Menurut Byars and Rue (1995:357) menyatakan ada beberapa indikasi tinggi rendahnya kedisplinan kerja karyawan, yaitu : ketepatan waktu, kepatuhan terhadap atasan, peraturan terhadap perilaku terlarang, ketertiban terhadap peraturan yang berhubungan langsung dengan produktivitas kerja. Sedangkan De Cenzo dan Robbins (1994:451) mengemukakan tipe kedisiplinan, antara lain : kehadiran, perilaku dalam bekerja (dalam lingkungan kerja), ketidakjujuran, aktivitas di luar lingkungan kerja. Melalui disiplin pula timbul keinginan dan kesadaran untuk menaati peraturan organisasi dan norma sosial. Dalam upaya penerapan kedisiplinan guru pada kehadiran di kelas dalam kegiatan belajar mengajar, bisa ditempuh dengan beberapa upaya. Adapun upaya dalam meningkatkan disiplin guru adalah sebagai berikut: (a) sekolah memiliki system pengendalian ketertiban yang dikelola dengan baik, (b) adanya keteladanan disiplin dalam sikap dan prilaku dimulai dari pimpinan sekolah, (c) mewajibkan guru mengisi agenda kelas dan mengisi buku absen yang diedarkan oleh petugas piket, (d) pada awal masuk sekolah kepala sekolah bersama guru membuat kesepakatan tentang aturan kedisiplinan, (e) memperkecil kesempatan guru untuk ijin meninggalkan kelas, dan (f) setiap rapat pembinaan diumumkan frekuensi pelanggaran terendah. Dengan strategi tersebut diatas kultur disiplin guru dalam kegiatan pembelajaran bisa terpelihara dengan baik, suasana lingkungan belajar aman dan terkendali sehingga siswa bisa mencapai prestasi belajar yang optimal. Sekolah yang menegakkan disiplin akan menjadi sekolah yang berkualitas. Penerapan disiplin dapat ditegakan melalui pemberian reward and punishment. Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya. Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang positif, maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Dalam konteks pembelajaran dikelas yang berkaitan dengan kedisiplinan guru dalam melaksanakan tugas, penerapan metode reward dan punishment juga dapat meningkatkan motivasi guru untuk hadir tepat waktu. Bukanlah hal yang aneh kalau siswa sering mengeluh tentang ketidakhadiran guru dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak pula asing kita dengan siswa mengeluh tentang adanya guru yang menyampaikan pelajaran kurang dari waktu yang telah ditentukan, atau menyampaikan materi seadanya. Yang ironis, ada pula guru yang menuliskan kehadirannya di kelas padahal sebenarnya ia tidak menyampaikan pelajaran kepada siswanya. Hal seperti ini tentu sangat mengecewakan siswa yang serius untuk mengikuti pelajaran. Bagi guru, ketidakhadiran dalam mengajar sesuai jadwal terkadang merupakan hal yang tidak terhindarkan, mengingat mereka mempunyai keperluan yang mendadak dalam waktu yang sama sehingga tidak mengajar. Namun hal demikian menjadi tidak wajar jika ketidak hadiran atau keterlambatan mengajar dikelas selalu dan sering terjadi. Hal ini berdampak buruk terhadap proses pembelajaran. Pertama, siswa menjadi kecewa, dan hal ini dapat menurunkan motivasi belajar mereka. Siswa memperoleh contoh yang buruk tentang kedisiplinan. Kedua, guru yang mengajar dengan sungguh-sungguh merasa usahanya menjadi sia-sia dan sekaligus kecewa. Apa yang mereka bangun dipatahkan oleh rekan seprofesinya. Belum lagi, apabila guru yang disiplin dalam mengajar, memperoleh pendapatan yang sama dengan guru yang jarang mengajar di kelas. Dampak dari guru yang malas untuk mengajar bukan semata ditanggung mereka namun juga seluruh institusi atau warga sekolah. Perilaku malas bisa menjadi virus bagi guru yang biasanya rajin mengajar. Kepala sekolah selaku pemimpin pembelajaran mempunyai peran yang sangat strategis dalam pencapaian tujuan sekolah dalam meningkatkan mutu. Salah satu faktor yang penting adalah adanya keteladanan (contoh) dalam kedisiplinan yang diberikan oleh kepala sekolah. Hal ini seperti falsafah pendidikan yang dikemukakan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, ”Ing Ngarso Sung Tuladha.” Kepala sekolah selaku pemimpin pembelajaran harus bisa memberikan contoh kepada semua warga sekolah agar tercipta budaya disiplin disekolah, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu sekolah. METODE PENELITIAN Penelitian tindakan sekolah merupakan “(1) penelitian partisipatoris yang menekankan pada tindakan dan refleksi berdasarkan pertimbangan rasional dan logis untuk melakukan perbaikan terhadap suatu kondisi nyata; (2) memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan; dan (3) memperbaiki situasi dan kondisi sekolah atau pembelajaran secara praktis” (Depdiknas, 2008 : 11-12). Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kualitatif. Artinya, penelitian ini dilakukan karena ditemukan permasalahan rendahnya tingkat kedisiplinan guru dalam kehadiran di kelas. Penelitian ini adalah penelitian tindakan model Stephen Kemmis dan Mc. Taggart (1998) yang diadopsi oleh Suranto (2000; 49) Model ini menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Langkah-langkah penelitian ini dapat digambarkan seperti di bawah ini : Penelitian ini diadakan di SDN 1 Tanjungori Desa Tanjungori Kecamatan Tambak Kabupaten Gresik pada bulan Juli Oktober 2011 s.d. 30 September 2011 dan yang menjadi subjek penelitian tindakan sekolah ini adalah guru-guru di SDN 1 Tanjungori Desa Tanjungori Kecamatan Tambak Kabupaten Gresik sejumlah 12 orang guru, terdiri atas 6 orang guru PNS, dan 6 orang guru Non PNS. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pemberian reward dan punishment kepada guru mengenai kedisiplinan guru dalam kehadiran di kelas dalam proses pembelajaran oleh kepala sekolah. Diharapkan dengan pemberian reward dan punishment yang diberikan oleh kepala sekolah akan terjadi perubahan atau peningkatan kedisiplinan guru dalam kehadiran di kelas dalam proses pembelajaran. Karena keterbatasan waktu, penelitian tindakan sekolah ini hanya dilaksanakan sebanyak dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan selama 1 bulan. Teknik pengumpulan data dari penelitian tindakan sekolah ini adalah melalui data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari observasi atau pengamatan, maupun wawancara atau interview dan dokumentasi. Teknik (1) : Observasi atau pengamatan, yaitu observasi digunakan untuk melengkapi data dari wawancara dan pengumpulan dokumentasi, terutama dalam lingkup masalah penelitian, antara lain mengamati impelementasi kebijakan yang berkaitan dengan kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas pada kegiatan belajar mengajar. Teknik (2). Wawancara atau interview yaitu teknik ini digunakan untuk mendapatkan data dari informan secara langsung. Dalam melakukan wawancara dipergunakan pedoman wawancara yang terbuka. Teknik (3) :Dokumentasi,itu yaitu teknik ini digunakan untuk mengumpul data melalui dokumen-dokumen tertulis yang relevan dengan penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini antara lain adalah : (1) skala penilaian, (2) lembar pengamatan, dan (3) angket. Dan analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif dan kuantitatif yang bersumber dari data primer maupun empiris. Melalui analisa data ini, dapat diketahui ada tidaknya peningkatan kedisiplinan guru dalam kehadiran di kelas melalui pemberian reward dan punishment yang merupakan fokus dari penelitian tindakan sekolah ini. SIKLUS TINDAKAN Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. A. Siklus 1 Siklus 1 terdiri atas beberapa tahap, yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan evaluasi, dan (4) refleksi. 1. Perencanaan Perencanaan adalah langkah awal penulis saat akan memulai tindakan. Agar perencanaan mudah dipahami dan dilaksanakan maka penulis membuat rencana tindakan sebagai berikut : (a) Merumuksan masalah yang akan dicari solusinya. (b) Merumuskan tujuan penyelesaian masalah/tujuan menghadapi tantangan atau tujuan melakukan inovasi atau tindakan. (c) Merumuskan indikator keberhasilan penerapan Reward dan Punishment dalam meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran di kelas pada proses belajar mengajar. (d) Merumuskan langkah-langkah kegiatan penyelesaian masalah/kegiatan menghadapi tantangan/kegiatan melakukan tindakan. (e) Mengidentifikasi warga sekolah dan atau pihak-pihak terkait lainnya yang terlibat dalam penyelesaian masalah atau menghadapi tantangan atau melakukan tindakan. (f) Mengidentifikasi metode pengumpulan data yang akan digunakan. (g) Menyusun instrumen pengamatan dan evaluasi. (h) Mengidenifikasi fasilitas yang diperlukan. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain : (a) Menyebarkan lembar pengamatan kepada setiap Ketua Kelas atau Sekretaris kelas sebanyak 12 set dari 6 rombongan belajar. Dalam lembar pengamatan itu, telah dibuat daftar guru yang mengajar di kelas itu setiap jam dan diberi kolom jam masuk kelas serta jam keluar kelas. (b) Berkoordinasi dengan petugas piket yang setiap hari terdiri dari 2 orang petugas, yaitu dari guru yang tidak mempunyai jam mengajar pada hari itu. (c) Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan, baik dari guru piket , dari siswa maupun dari penulis. (d) Kegiatan tersebut dilakukan terus setiap hari kepada setiap guru selama 1 bulan. 3. Pengamatan dan Evaluasi Pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi selama satu bulan (satu siklus), untuk semua guru yang berjumlah 12 orang. Selama pengamatan peneliti dibantu atau berkolaborasi dengan guru piket. Pengamatan oleh peneliti meliputi : (a) kehadiran guru dikelas, (b) tingkat keterlambatan guru masuk kelas, dan (c) waktu meninggalkan kelas setelah selesai pelajaran. Dari hasil pengamatan serta rekap dari tingkat kehadiran guru dikelas pada proses belajar mengajar dapat dilihat pada tabel berikut : Rekapitulasi tingkat keterlambatan guru SIKLUS 1 Tepat Waktu L % P % L+P % 2 17 1 8 3 25 < 10 Menit 0 0 2 17 2 17 10 -15 Menit 0 0 4 33 4 33 > 15 Menit 1 8 2 17 3 25 Jumlah 3 25 9 75 12 100 Dari hasil rekapitulasi tingkat keterlambatan guru dikelas pada proses pembelajaran diperoleh data, sebanyak 2 ( 17 % ) orang guru terlambat masuk kelas kurang dari 10 menit, 4 ( 33 % ) orang guru terlambat masuk kelas 10 menit sampai dengan 15 menit, dan 3 ( 25 % ) orang guru terlambat masuk kelas lebih dari 15 menit. 4. Refleksi Setelah selesai satu siklus maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama. Refleksi dilaksanakan bersama-sama kolaborator untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Dari hasil refleksi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perlu penerapan Reward dan Punishment yang lebih tegas lagi daripada siklus pertama. B. Siklus 2 Siklus 2 terdiri atas beberapa tahap, sama seperti siklus 1 yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan evaluasi, dan (4) refleksi. 1. Perencanaan Dari hasil refleksi pada siklus pertama, peneliti merencanakan untuk melakukan tindakan Reward dan Punishment yang lebih tegas dibandingkan dengan siklus pertama. Hal ini terlebih dulu disosialisasikan kepada semua guru seperti pada saat refleksi siklus. Adapun bentuk dari Reward adalah (1) pemberian piagam, (2) Hadiah nilai DP3 yang lebih baik, (3) Pujian secara lisan dalam upacara atau rapat, dan (4) Hadiah uang. Sedangkan bentuk dari Punishment adalah (1) Teguran secara lisan dan tulisan, (2) Nilai DP3 lebih rendah dari yang lain, (3) Pembinaan tersendiri 2. Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus yang kedua ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain : (a) Menyebarkan lembar pengamatan seperti pada siklus 1 (b) Berkoordinasi dengan petugas piket yang setiap hari seperti siklus 1 (c) Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan, baik dari guru piket , dari siswa maupun dari penulis 3. Pengamatan dan Evaluasi Pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi selama satu bulan Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil lembar observasi yang dibagikan kepada pengurus kelas untuk mengamati kehadiran guru dikelas. Dari hasil pengamatan serta rekap dari tingkat kehadiran guru dikelas pada proses belajar mengajar pada siklus kedua dapat dilihat pada tabel berikut : REKAPITULASI TINGKAT KETERLAMBATAN GURU PADA KEHADIRAN DIKELAS SIKLUS 2 TEPAT WAKTU L % P % P + L % 2 17 7 50 8 67 < 10 Menit 1 8 0 17 3 8 10 -15 Menit 0 0 1 1 1 8 > 15 Menit 0 0 0 0 0 0 Jumlah 3 25 9 75 12 100 Dari hasil rekapitulasi tingkat keterlambatan guru dikelas pada prosespembelajaran diperoleh data, sebanyak 3 ( 25 % ) orang guru terlambat masuk kelas kurang dari 10 menit, 1 ( 8 % ) orang guru terlambat masuk kelas 10 menit sampai dengan 15 menit, dan tidak ada satu orangpun guru yang terlambat masuk kelas lebih dari 15 menit. Dari hasil observasi pada siklus pertama dan siklus kedua dapat dilihat ada penurunan tingkat keterlambatan guru dikelas pada kegiatan belajar mengajar, atau terdapat peningkatan kehadiran guru di kelas. 4. Refleksi Setelah selesai pelaksanaan tindakan pada siklus kedua maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus kedua tersebut. Dari hasil observasi dan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa tindakan pada siklus 2 dinyatakan berhasil, karena terdapat 67 % guru yang tepat waktu. Rekapitulasi prosentase perubahan hasil dari siklus 1 ke siklus 2 SIKLUS 2 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2 L (%) L (%) P(%) P(%) P + L(%) P+L(%) TEPAT WAKTU 17 17 8 50 25 67 < 10 Menit 0 8 17 17 17 8 10 -15 Menit 0 0 33 8 33 8 > 15 Menit 8 0 17 0 25 0 Jumlah 25 25 75 75 100 100 Dari tabel di atas didapatkan hasil penelitian siklus 1 dan siklus 2 disimpukan bahwa: a. Guru yang tepat waktu ada perubahan peningkatan sebesar 67 % - 25 % = 42 % b. Guru yang datang < 10 menit ada penurunan sebesar 17 % - 8 % = 9 % c. Guru yang datang 10 – 15 menit ada penurunan 33% - 8 % = 25 % d. Guru yang datang > 15 menit ada penurunan 25 % - 0 % = 25 % KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan Reward dan Punishment sangat efektif untuk meningkatkan disiplin kehadiran guru di kelas pada kegiatan belajar mengajar di SD Negeri 1 Tanjungori Kecamatan Tambak Kabupaten Gresik Tahun 2011. Dan ada perubahan yang signifikan kedisiplinan guru dalam kehadiran di kelas pada proses belajar mengajar yaitu (1) guru yang tepat waktu ada perubahan peningkatan sebesar 67 % - 25 % = 42 %, (2) guru yang datang < 10 menit ada penurunan sebesar 17 % - 8 % = 9 %, (3) guru yang datang 10 – 15 menit ada penurunan 33% - 8 % = 25 %, dan ( 4) guru yang datang > 15 menit ada penurunan 25 % - 0 % = 25 %. Karena adanya pengaruh positif penerapan Reward dan Punishment terhadap disiplin guru hadir di dalam kelas pada kegiatan belajar mengajar, maka disarankan : (1). semua Kepala Sekolah melakukan penerapan Reward dan Punishment untuk meningkatkan disiplin guru hadir di dalam kelas pada kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dan (2) semua guru dalam melaksanakan tugas untuk dapat meningkatkan disiplin dalam kehadiran di kelas sebagai bentuk pelayanan minimal kepada peserta didik di sekolah. DAFTAR PUSTAKA Akhmad Sudrajat, (2010) Manfaat Prinsip dan Asas Pengembangan Budaya Sekolah. [On Line]. Tersedia : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/03/04/manfaatprinsip- dan-asas-pengembangan-budaya-sekolah/ [06 Oktober 2010] Amstrong. Michael, (1991). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakrta:Ghalia Indonesia Anwar Prabu Mangkunegara. (1994). Psikologi Perusahaan. Bandung:PT. Trigenda Karya __________________________ (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta Ainurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Alfabeta Bambang Nugroho. (2006). Reward dan Punishment. Bulletin Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Edisi No. 6/IV/Juni 2006 Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:Depdiknas Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Kencana Prenada Media Group Subagio. (2010) Kompetensi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran [On Line]. http://subagio-subagio.blogspot.com/2010/03 /kompetensi-guru dalam meningkat kan -mutu.html

Minggu, 30 Desember 2012

KIAT JITU MENJADI SEORANG KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI


KIAT JITU  MENJADI
SEORANG KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI  
        Setiap kepala sekolah memiliki harapan dan cita-cita menjadi kepala sekolah berprestasi baik di tingkat kecamatan, kabupaten, propinsi bahkan nasional. Untuk mencapai hal itu, memang tidak mudah dan perlu waktu serta usaha keras di samping berdo’a kepada Allah SWT. Namun bila berpangku tangan, malas dan tidak mempunyai program maupun strategi khusus maka sampai kapanpun, harapan dan cita-cita menjadi kepala sekolah berprestasi akan menjadi impian belaka. Agar tidak hanya menjadi impian dan di angan-angan saja maka seoraang kepala sekolah harus memulai dengan melaksanakan tugas dan kewajibannya secara professional dan penuh dedikasi. Setelah itu, berusaha dengan segala daya  upaya untuk mengerahkan energi kompetensi yang dimiliki dan diimbangi semangat yang membara dalam meningkatkan prestasi sekolah. Dalam membangun sekolah yang berkualitas dan berprestasi tidaklah semudah membalik kedua telapak tangan, tetapi harus memfungsikan kompetensinya yaitu kepribadian, professional, pedagogic, sosial, manajerial dan kewirausahaan. Wujud dari keberhasilan kepala sekolah akan tampak dari peningkatan segala aspek seperti  prestasi siswa, motivasi dan kinerja guru, jumlah sarana dan prasarana, tata kelola administrasi, transparansi dan akuntabilitas keuangan, dan hubungan harmonis dengan masyarakat serta partisipasi masyarakat.
        Untuk menjadi kepala sekolah berprestasi harus memiliki motivasi yang besar disetai kinerja yang optimal, di samping itu juga harus menjalin kerja sama dengan semua pihak agar lebih mudah dan ringan. Karena semua orang yang menjadi kepala sekolah memiliki harapan dan cita-cita yang sama, maka kepala sekolah yang siap menanam dengan kerja ikhlas, kerja cerdas, kerja keras, dan kerja tuntas akan memetik hasilnya Semakin tinggi tingkatan wilayah yang diikuti semakin tinggi persaingannya. Semua kepala sekolah pasti berbuat dan berusaha sebaik mungkin di lembaga masing-masing untuk dinilai seberapa besar peningkatan yang di capai selama kurun waktu tertentu dibanding dengan hasil yang dicapai oleh kepala sekolah lain. Di sinilah nanti akan diketahui bahwa pemenang atau juara yang dipilih pastilah kepala sekolah terbaik dan unggul di antara yang baik. Sudah barang tentu, penilaiannya meliputi dari segala aspek dengan cara sebagai berikut: (1) tes tulis baik akademik dan psikotes, (2) tes wawancara atau interview dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, (3) Presentasi atau paparan hasil PTS atau The best Parctice, (4) penilaian Portofolio, dan (5) Penilaian verifikasi di unit kerja atau di lapangan.
       Setelah seorang kepala sekolah sudah berusaha, berbuat dan menghasilkan yang terbaik di lembaga sekolahnya maka untuk menjadi pemenang atau juara dalam perlombaan harus melalui serangkaian tahapan penilaian. Berangkat dari pengalaman dalam mengikuti lomba kepala sekolah berprestasi maka penulis ingin berbagi kiat-kiat agar terpilih menjadi kepala sekolah berprestasi. Di bawah ini akan disajikan tahapan penilaian disertai dengan kiat-kiat dalam  mempersiapkan agar mantap dan sukses yaitu: